Senin, 14 Januari 2008

GERAKAN MAHASISWA

Gerakan Mahasiswa
Oleh: Deman Huri Gustira

Peran mahasiswa pro perubahan dalam pembangunan sebuah peradaban baru tidak dapat dipungkiri lagi. Berbagai perubahan di beberapa penjuru dunia selalu di inisiasi oleh mahasiswa pro perubahan seperti: Iran, Korsel, Afganistan, Indonesia dan lain-lain.
Sistem kampus dan negara otoriter mendorong kaum muda progresif yang dimotori mahasiswa untuk mengadakan perubahan. Di Indonesia diawali dengan gerakan Budi Utomo (Perkumpulan Mahasiswa Pribumi Stovia) mampu mengubah pola pergerakan untuk melawan imperialisme Belanda dari gerakan fisik menjadi gerakan politis, Kesatuaan Aksi Mahasiswa Indonesia (1965), Malari (1974) dan Gerakan Reformasi (1998). Garda terdepan dalam pergerakan tersebut adalah kaum muda progresif mahasiswa yang haus dengan perubahan dan perlawanan terhadap sistem yang otoriter.
Di masa berlakunnya NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) pada pertengahan tahun 1970 sampai tahun 1998, kebebasan mahasiswa sempat terkengkang oleh rezim otoriter Soeharto. Apabila rezim tersebut mendengar adanya gerakan mahasiswa mereka dianggap makar. Tak kepalang mereka diculik, penjara bahkan dibunuh. Tetapi hal tersebut tidak mematikan gelora jiwa kaum muda mahasiswa progresif untuk tetap melakukan perlawanan terhadap rezim otoriter. Perlawanan tersebut mencapai puncaknya pada Mei 1998 dengan jatuhnya rezim otoriter Soeharto.
Gerakan Mahasiswa VS Hegemoni Teknoratis
Di tengah hegemoni sistem kapitalis, mahasiswa sebagai kumpulan kaum muda yang mengenyam pendidikan di lembaga formal dituntut untuk mengikuti sistem kampus, dituntut IPK tinggi dan cepat menyelesaikan kuliah tanpa memedulikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh rakyat dan negara. Tentu saja ini dapat mengkerdilkan peranan mahasiswa terhadap perubahan karena mereka akan bersifat pragmatis dan hedonis.
Tak pelak lagi, beberapa tokoh aktivis mahasiswa berpendapat bahwa mahasiswa sekarang mereka punya prinsip, mereka menuntut pendidikan, besok mereka menjadi penindas rakyat, koruptor, pemimpin yang hedonis dan pragmatis. Lebih kerasnya mereka diistilahkan akan menjadi “pelacur-pelacur intelektual” yang hedonis, individualistik tanpa memikirkan nasib rakyat yang ditindas oleh kekuasaan pemerintah. Inilah tantangan yang akan dihadapi aktivis pro perubahan.
Para akativis mahasiswa pro perubahan harus memulai perubahan di lingkungan kampus. Ernest Mendel dalam makalahnya, Gerakan Mahasiswa Revolusioner: Teori dan Praktek mengatakan gerakan mahasiswa harus dimulai dengan mempertanyakan sistem kampus yang otoriter, diteruskan dengan masalah imperialisme dan neo kapitalisme. Di sinilah mahasiswa mulai melakukan perlawanan pembebasan.
Sekalipun gerakan mahasiswa pro perubahan mampu menjatuhkan rezim otoriter, namun apabila stok calon-calon penindas yang ditempa di perguruan tinggi masih banyak dan siap bermetamorfosis menjadi penindas baru, itu lebih berbahaya. Karenanya, untuk membangun sebuah perubahan di tengah hegemoni teknokratis, perubahan harus dimulai dari kampus.
Pragmatisme Gerakan Mahasiswa
Setelah jatuhnya rezim Soeharto, perubahan yang terjadi belum signifikan. Ini apabila dari 6 visi reformasi (Amandemen UUD 1945, Penghapusan Dwifungsi ABRI, Otonomi Daerah, Penegakan Hukum, Berantas KKN dan Adili Soeharto) yang sampai saat ini belum terealisasi semua. Di era reformasi ini, politik uang luar biasa dahsyatnya. Permainan korupsi makin marak, angka pengangguran membengkak, penegakan hukum hanya dalam teori belaka karena penegak hukum tetap diskriminatif.
Hal ini tidak dapat dipungkiri sebagai akibat dari pragmatisme gerakan mahasiswa. Mereka tidak mampu mengarahkan perubahan yang telah diperjuangkan sehingga perubahan tersebut tidak sesuai dengan cita-cita dan tujuan awal. Menurut Hall (1974) ada beberapa tahap perubahan yang harus dilakukan ketika ingin membangun perubahan yaitu: awerness, information, personal, management, consequence, solloboration, dan refucuising. Ketidakmampuan mahasiswa dalam memenej perubahan yang diusungnya sehingga membuat perubahan itu menuju ke arah yang lebih buruk, seperti yang terjadi saat ini.

Prinsip – prinsip Gerakan Mahasiswa
Gerakan mahasiswa merupakan gerakan ekstra parlementer yang mempunyai kekuatan untuk melawan rezim otoriter. Karena gerakan ini didominasi oleh kaum muda dengan tujuan membangun perubahan.
Ada beberapa prinsip ini gerakan mahasiswa yang harus diperhatikan dalam membangun perubahan. Pertama, indepedensi gerakan mahasiswa tidak berpihak kepada rezim otoriter dan korup, dengan demikian gagasan perubahan yang diusung merupakan ide-ide cemerlang kaum muda progresif yang selalu inging membangung perubahan. Kedua, sustainability. Gerakan mahasiswa tidak mati ditelan zaman oleh tekanan rezim otoriter, tetapi harus berkelanjutan sampai cita-cita perubahan tercapai. Ketiga, dinamis dan harmonis. Setiap gerakan mahasiswa mempunyai ideologi yang berbeda. Namun, perbedaan ini bukanlah sebuah hambatan untuk membangun perubahan, tetapi merupakan kekuatan. Keempat, perlawanan. Gerakan mahasiswa pro perubahan harus mempunyai jiwa perlawanan terhadap sistem yang otoriter dengan apapun caranya.

Pilar-pilar Gerakan Mahasiswa
Dalam membangun sebuah perubahan, ada beberapa hal yang akan dihadapi oleh pergerakan mahasiswa pro perubahan. Baik ekternal maupun internal. Karena itu, gerakan mahasiswa harus membangun pilar-pilar gerakan mahasiswa, yaitu :

Kelompok Diskusi
Melalui kelompok inilah para aktivis pro perubahan mempertajam analisa dan kajian terhadap permasalahan yang dihadapi oleh rakyat dan negara, sehingga yang gerakan yang diusung mempunyai dasar yang kuat.

Media Alternatif
Pembuatan media alternatif menjadi pilar yang harus dibangun. Media alternatif menjadi alat efektif untuk membangun propaganda kampus dalam mentransformasi ide-ide perubahan. Ide-ide yang tidak pernah diangkat oleh media-media lokal dan nasional yang hanya mementingkan pemilik modal dan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat.

Organ Aksi Progresif
Adanya organ-organ progresif. Organ ini berfungsi untuk membangung integritas antara mahasiswa, buruh, tani, nelayan dan kaum tertindas dalam menyikapi permasalahan yang akan dihadapi secara bersama.

Organisasi Intra Kampus
Organisasi intra kampus merupakan organisasi yang berada di dalam kampus, seperti Badan Eksekutif, Himpunan Mahasiswa Jurusan, Unit Kegiatan Mahasiswa organisasi secara rel mengklaim mempunyai massa rill di kampus dan didanai oleh sistem kampus merupakan pilar yang harus dibangun, karena organisasi ini mempunyai akses massa di kampus lebih dekat. Sehingga ini merupakan salah kekuatan yang harus dibangun.

Organisasi Kepemudaan
Organisasi ekternal kampus, organisasi ini berbasiskan aliran, ideologi dan agama juga merupakan kekuatan karena organisasi internallah yang pada umumnya menyuplai kader-kader di kampus dan organ-organ mahasiswa lainya. Namun organisasi berbasiskan aliran, ideologi dan agama kadang sulit bertemu dengan OKP lainnya karena perbedaan ideologi dan adanya patron yang kuat dengan alumni yang telah menjadi pejabat.
Melihat fenomena yang terjadi paska reformasi, gerakan pro perubahan yang digagas oleh mahasiswa selalu bersifat elastis dan terpisah dengan kepentingan rakyat.
Beberapa isu yang diangkat selalu gagal. Salah satu kegagalan mahasiswa Kalimantan Barat ketika menurunkan Gubenur Aspar Aswin. Mahasiswa pro perubahan lebih suka bekerja sama dengan para elit politik yang sarat kepentingan daripada dengan kepentingan rakyat.
Kedepannya gerakan mahasiswa harus terintegrasi dengan kepentingan rakyat dan kaum tertindas. Dengan demikian, cita-cita perubahan merupakan cita-cita rakyat seutuhnya, bukan cita-cita segelintir kaum elit mahasiswa yang mengerti akan perubahan

Tidak ada komentar: