Senin, 14 Januari 2008

HOROR KEBUDAYAAN

HOROR KEBUDAYAAN
DALAM MENGHADAPI PILGUB 2007
Oleh: Deman Huri Gustira





Tidak lama Kalimantan Barat akan melaksanakan pemilihan Gubenur secara langsung, dan ini adalah momentum politik yang harus dihadapi oleh masyarakat kalimantan Barat. Realitas pertarung politik antara dua kekuatan komunitas besar yang ada didaerah ini tidak bisa di hindari, dalam merebut hegemoni, siapa yang menghegemoni dan siapa yang dihegemoni.
Dalam merebut kekuasaan akan terjadi pertarungan berbagai kepentingan, termasuk kepentingan yang berbasikan identitas kebudayaan. Karena dalam merebut kekuasaan biasanya relasi kekuasaan tidak akan bisa lepas dari simbol-simbol kekuatan, individu, kelompok yang akan mengakumulasi pada simbol-simbol kebudayaan kelompok.
Ketika kebudayaan diproduksi dan diakumulasi dalam merebut kekuasaan maka akan terjadi keterputusan dengan nilai-nilai yang ada, bahkan akan terjebak pada perangkap vandalisme, sehinga kebudayaan bukan menjadi sebuah bagian dari peradaban. Namun kebudayaan menjadi salah satu penghancur dari sebuah peradaban, akibatnya terjadi dehumanisasi dalam kehidupan umat manusia.
Dalam merebut kekuasaan perubahan radikal di struktur sosial masyarakat dan mengakumulasi pada simbol-simbol kebudayaan akan terjadi, karena sebuah politisasi nilai-nilai kebudayaan. Ketika terjadi politisasi nilai-nilai kebudayaan kelompok. Maka akan terjadi putusnya nilai kelompok terhadap akarnya. Sehingga akan muncul sintimen yang berbasiskan identitas, baik yang berbasiskan etnis maupun agama kepada kelompok lain.
Karena telah terjadi transformasi radikal yang dibangkitkan, akibat bangkitanya sentimen identitas yang berbasiskan etnis yang akan mengkikis struktur sosial pada masyarakat sehingga dapat menyebabkan terjadinya instabilitas sosial.
Menjalang momentum politik pemilihan gubenur kalbar 2007 akan terjadi transformasi radikal organisasi sosial apada saat menjelang pemilihan Gubenur. Organisasi sosial yang katanya berbasiskan budaya akan menjelma menjadi organisasi politik dan akan dijadikan mesin Politik. Mereka tidak akan bisa memilihara identitas yang dimiliki masyarakat lagi. Tetapi masyarakat akan muncul dengan identitas politik yang ada. Dengan simbol-simbol kebudayaanya.
Dari sudut pandang ini, kebudayaan akan lepas dari ranah-ranah yang telah ada, karena telah terjadi transformasi radikal, sehingga kebudayaan bisa dianggap sebuah horor oleh oleh kelompok kebudayaan lain.
Tetapi sebenar kelompok yang bertarung yang menggunakan sismbol-silbol kebudayaanya untuk merebut kekuasaan itu sah-sah saja. Namun ketika nilai-nilai yang terkadung dalam kebudayaan diekplotasi hanya demi kekuasaan, maka akan menimbulkan sentimen terhadap nilai kebudayaan lain.
Karena akan ada kekuatan kelompok yang mengendalikan budaya kelompok tersebut, sehingga akan tersebut nilai-nilai yang terdapat dalam kelompok budayan tersebut. Dan kelompok budaya satu akan dianggap menjadi horor bagi kelompok budaya daya lain dan sebaliknya. Karena mereka dianggap merupakan representative dari kelompoknya.
Ketika kebudayaan kelompok lain diangap menjadi sebuah horor didaerah ataupun diwilayah yang sama maka jangan diharapkan itu akan terbangun sebuah intitas baru ataupun peradaban baru, tetapi akan menghancurkan komunitas lain bahkan bisa menghilangkan indentitas lain.
Masyarakat yang dibayang-bayangi oleh horor kebudayaan lain, tidak akan nyaman dalam kehidupan sehari-harinya. Karena mereka akan selalu menganggap kehidupanya akan selalu terancam dan terteror oleh kelompok lain. dan kebudyaan lain dianggap sebuah teror bagi komunitasya.

Menjelang Pemilihan Gubenur di Kalimantan Barat merupakan ujian penting bagi kita semua . Karena kita mengetahui bahwa perbedaan budaya satu dengan yang lain merupakan tantangan besar dalam menggapai perubahan yang lebih baik di daerah ini apakah perbedaan itu merupakan sebuah kekuatan besar untuk membangung kalbar atau malah sebaliknya.
Catatan penting yang harus dilakukan dalam menjelang pemilihan pemilihan Gubenur Kalimantan Barat, bahwa realita politiklah yang membawa pertarungan kekuasaan yang berbasiskan nilai-nilai budaya yang berbeda didaerah ini.
Namun harapan penting yang harus dilakukan oleh kita semua, terutama oleh pihak yang akan bertarung dalam merebut kekuasaan di Kalimantan Barat jadikanlah perbedaan budaya untuk membangun sebuah kekuatan baru. Bukan meng alinasi(Mengasingkan) budaya lain. Karena ini akan menyebabkan horor kebudayaan. Apabila terjadi horor kebudayaan terjadi b maka akan terjadi komplik laten yang berbasiskan budaya.
Di diharapkan terjadi pertukaran pandangan nyata antara beberapa nilai kebudayaan yang berbeda di daerah ini, yang selanjutnya diharapkan bisa mengawali terciptanya suatu kalbar yang semakin damai dan adil. Yang jelas keduanya akan berhadapan dengan kekuatan besar kekuasaan, bagaimana mencari jalan untuk membawa kesejahteraan bagi rakyatnya, dengan mencoba berbagi kebijakan yang berpihak pada kelompok miskin (pro-poor policies) yang merupakan hal yang layak dipelajari oleh Kalbar, tampa melihat perbedaan kebudayan yang berbeda satu sama lainya.
Menurut Ibn Khaldun. Dalam pandanganya, jelas sekali bahwa kebudayaan hanya mungkin berkembang apabila ada negara atau kerajaan berdaulat, yang aktif dan berkemauan baik untuk mengembangkan kebudayaan dan menciptakan kondisi kehidupan yang lebih baik dan menyenangkan, atau ramah bagi perkembangan kebudayaan. Di sini faktor politik, ekonomi dan pendidikan, serta jaminan hukum yang jelas, memainkan peranan penting dalam menciptakan kondisi yang menyenangkan dan ramah.
Jelas, bahwa ketika penguasa ataupun calon penguasa mampu mengatur perbedaan kebudayaan. Maka perbedaan tersebut akan menjadi sebuah kekuatan untuk membagun kesejahteraan daerah yang adil. Tetapi sebaliknya kalau tidak mampu mengatur perbedaan kebudayaan maka akan terjadi titik balik pembagunan, karena kebudayaan lain selalu dianggap sebuah horor bagi kelompok lain.
Deman Huri Gustira: Direktur LPS AIR

Tidak ada komentar: