Senin, 14 Januari 2008

MANGROVE BENTENG KALBAR

Mangrove hancur
Pesisir kalbar dihantui bencana
Oleh: Deman Huri Gustira*


Tak terasa sudah hampir dua bulan kita merasakan bencana kekeringan di kota ini. Seperti biasanya kota Pontianak bencana yang paling dirasakan adalah meningkatnya kadar garam air sungai Kapuas dan kabut asap. Mengapa ini terjadi peningkatan kadar garam air kapuas? Karena pada musim kemarau intrusi air laut meningkat ke arah sungai kapuas.
Berbicara meningkatnya kadar garam (intrusi) di sungai kapuas atau daerah lain karena sungai kapuas berbatasan langsung dengan muara laut dan ini tidak terlepas juga dari keberadaan hutan mangrove yang berada di pesisir pantai. Hutan mangrove mampu mempercepat atau memperlambat laju meningkatnya kadar garam (intrusi) di sungai kapuas.
Karena sungai kapuas berbatasan langsung dengan muara lautan lepas, sehingga apabila mangrove di sepanjang garis pantai muara tersebut mengalami kerusakan maka inturisi air laut tidak bisa kita hindarkan lagi apalagi ditambah kerusakan Hutan di Daerah aliran sungai kapuas sudah sangat parah.
Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah yang garis pantai terpanjang di Indonesia, yaitu lebih kurang 1000 kilometer yang terdapat di sepanjang garis daerah Kalbar seperti di Kab. Ketapang, Kab. Bengkayang, kota Singkawang, Kab. Pontianak dan Kab. Sambas. Dari Tanjung Datuk Sambas Hingga Manis Mata Ketapang. Sehingga keberadaan hutan mangrove sangat dibutuhkan untuk menjaga keberadaan pantai tersebut, apalagi sebagian garis pantainya telah mengalami kerusakan yang sangat parah.
Menurut data Weatland Indonesia dan Dephut (1997), Ikan di wilayah hutan mangrove Kalbar berjumlah 108 jenis Ikan, Mamalia berjumlah 9 Jenis, Burung berjumlah 33 jenis, reptil berjumlah 6 jenis, biota planton berjumlah 23 jenis dan mempunyai 40 spesies tumbuhan dengan 4 Zonasi yaitu (1) zona Avecena, (2) zona Sonneratia, (3) Zona Rhizopora dan Blluguiera (4) Zona Rhizopora (5) Nipah dan (6) Zona Pandan dan Nibung. Ini merupakan kekayaan yang luar biasa dimiliki oleh eksosistem mangrove Kalbar sehinggga keberadaan mempunyai mamfaat baik secara ekonomis maupun secara ekologi yang sangat besar bagi kita semua.
Kalau orang menyebut wilayah perbatasan Malaysia dan Indonesia di sepanjang perbatasan disebut Garda (garis depan) Kalbar dan Indonesia dan hutan dataran tinggi disebut Heart of Borneo (Jantung Borneo). Penulis menganggap dan layak daerah pesisir Kalbar yang panjangnya hampir 1000 km sebagai benteng Kalbar. Karena di daerah pesisir menjadi Buffer Zone Enveropmental (daerah penyangga utama lingkungan) Kalimantan Barat. Daerah utama buffer zone daerah pesisir adalah hutan mangrovenya.
Hutan Mangrove lebih dikenal oleh masyarakat adalah hutan bakau, yang merupakan bagian ekosistem khas secara ekologis memiliki fungsinya yang sangat besar. Ia merupakan bagian dari profil lahan basa sehingga hutan ini sering disamakan dengan hutan rawa gambut, hutan ini mempunyai sifat dan ekosistem sendiri.
Ekosistem mangrove sangat berhubungan dengan kehidupan manusia dalam mengontrol kondisi alam. Mangrove tumbuh lebat di pantai berlumpur, delta muara suangai besar, laguna dan teluk yang terlindung didaerah tropis dan subtropis, mangrove merupakan ekosistem khas pantai yang dipengaruhi oleh pasang surut (Yasuko, 1999).
Ada beberapa hal fungsi mangrove. Pertama, melindungi pantai, hutan mangrove merupakan salah satu tembok alam pantai yang baik untuk melindungi pantai; kedua, penambat butir makanan untuk ikan ini merupakan habitat yang baik bagi ikan-ikan, baik untuk pemijahan (swaming ground) atau tempat pembesaran (feeding ground); ketiga, rumah tumpang kehidupan liar dan ikan; kelima, lahan rezeki buat nelayan; dan keenam, mengurangi intrusi air laut.
Hilangnya mangrove secara pesat di sepanjang pesisir pantai Kalbar telah memicu meningkatnya erosi pantai, yang menyebabkan kerusakan habitat alami ikan dan udang, peningkatan intrusi air laut ke darat serta memengaruhi mata pencarian nelayan dan petani, karena berkurangnya mangrove juga akan memengaruhi kesuburan tanah sehingga dengan berkurangya hutan mangrove secara ekonomi pendapatan masyarakat akan berkurang dan secara ekologis akan menyebabkan kehancuran ekosistem pantai. Apalagi hampir setengahnya penduduk Kalbar tinggal di derah pesisir.
Kehancuaran ekosistem pantai merupakan awal bencana yang akan dirasakan oleh masyarakat pesisir yang merasakan langsung akibat dari hutan mangrove baik secara ekonomi maupun secara ekologis.Tetapi secara makro juga akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Kalimantan Barat.
Seperti yang pernah terjadi di Aceh, Nias dan Pangandaran akibat hutan mangrove di pesisir pantai tersebut sangat parah, ketika gelombang tsunami menerpa pantai tersebut, ratusan ribu orang meninggal akibat gelombang langsung menerpa pemukiman penduduk. Akibat tidak ada daerah Bufer Zone (penyangga) dalam hal ini hutan mangrove. Untuk menahan gelombang tersebut sehingga banyak kerugian secara materi atau inmateri yang dirasakan oleh masyarakat daerah tersebut.
Menurut Vadama Shiva dalam bukunya Water War (2002), ekosistem pantai di Orissa mempunyai hutan bakau yang, selain berfungsi sebagai sabuk pengaman, juga berfungsi mengurangi kecepatan angin dan banjir. Bakau menyerap energi gelombang dan gelombang pasang, dengan demikian melindungi tanah di belakangnya, pohon-pohon juga membentuk dinding penahan angin. Namun, perusakan hutan bakau di Orissa telah mengurangi kapasitas penyangga dari ekosistem pantai dan membiarkan gelombang badai dan angin tsunami merusak wilah tersebut.
Adapun penyebab terjadinya kerusakan mangrove di Kalbar: konversi hutan mangrove menjadi lahan tambak; iIlegall logging; ekplotasi hutan mangrove yang dilakukan oleh HPH mangrove yang tidak menggunakan sistem silvikultur yang benar; dan kurangnya perhatian pemerintah terhadap perlindungan hutan mangrove.
Memang selama ini hutan mangrove sangat kurang diperhatikan oleh pemerintah. Pemerintah lebih memfokuskan pengelolaan hutan dataran tinggi, sehingga mangrove dianggap hutan kelas II. Kerusakan demi kerusakan tidak kita rasakan, seperti yang terjadi di sekitar daerah mempawah abrasi pantai hampir memakan badan Jalan ini merupakan ancaman serius bagi kita semua.
Mestinya dengan adanya perubahan paradigma dari pemerintah, seiring dengan berkurangnya hutan dan sumber daya alam lainnya, paradigma pembangunan mencoba mengorientasi ekplotasi sumber daya yang berada di laut. Namun paradigma dan orisentasi tersebut tidak akan berhasil apabila hutan mangrove yang merupakan bagian penyangga daerah pesisir rusak, karena kerusakan secara tidak langsung akan diikuti oleh seluruh ekositem yang ada di pesisir.
Rusaknya hutan mangrove di sepanjang pantai Kalbar telah mempercepat meningkatnya erosi, rusaknya habitat ikan dan udang, meningkatnya intrusi air laut dan mempengaruhi pendapatan para nelayan dan petani yang berada di sepanjang garis pantai.
Pengelolaan hutan mangrove di Kalbar harus merupakan bagian integral dari pembangunan daerah ini karena mangrove merupakan benteng Kalimantan Barat, seiring berkurangnya hutan dataran tinggi akibat mismanajemen. Mangrove merupakan benteng Kalimantan Barat yang harus diperhatikan, sehingga terjadi keseimbangan alam di daerah ini terjaga.

)

Tidak ada komentar: